"Menempuh studi setingkat Magister di STTRI adalah suatu keuntungan besar yang saya dapat. Saya tidak hanya mendapat pengetahuan teologi khususnya teologi Biblika yang terkini, tetapi juga mampu berteologi dan mengajarkannya kepada orang lain. STTRI mendorong saya untuk bisa lebih maju lagi dan berani untuk menuangkan konsep teologis yang digali ke dalam tulisan. Ini adalah keterampilan yang saya peroleh dan saya gunakan sampai sekarang di dalam profesi saya sebagai dosen di STT Soteria Purwokerto. Selain itu, STTRI mengajar saya untuk berteologi secara integratif. Berteologi berarti menyentuh kebutuhan umat. Ada integrasi antara teks dan konteks. Saya bersyukur telah dibekali oleh STTRI baik dalam segi pengetahuan teks (berteologi) maupun dalam penerapan teks di lapangan (aplikasi)."
Hendi Wijaya (alumnus, M.Th. Teologi, 2011)
"Awalnya saya sangat berprasangka (prejudice) dengan kata 'Reformed'. Namun ternyata, belajar di STTRI justru menjadi salah satu momen terindah dalam perjalanan studi dan kerohanian saya. Di STTRI saya belajar teologi bukan hanya sekadar ilmu, tetapi juga sebuah kehidupan yang utuh dan terintegrasi dengan seluruh aspek kehidupan dan disiplin ilmu. Di STTRI saya disadarkan bahwa aktivitas religius tidak sama dengan kerohanian yang sejati. Di STTRI jugalah saya diajarkan bahwa yang 'tidak sama' bukan berarti musuh, dan 'yang berbeda' bukan berarti tidak bisa bersama-sama. Di STTRI saya menemukan bahwa 'Reformed' bukanlah seperti yang saya duga. Terima kasih Tuhan, terima kasih STTRI."
Deni Citra Damai Telaumbanua (alumnus, M.Th. Praktika, 2013)
"Saya masuk ke STTRI karena ingin belajar konseling, sebagai salah satu panggilan pelayanan. Saya sadar STTRI dikenal sebagai STT yang ketat dan serius dalam memberikan materi, termasuk tinggi tuntutannya dalam penilaian. Namun ternyata bukan itu satu-satunya yang saya alami. Saya dibentuk untuk berani menghadapi dan menerima keberadaan diri saya, mengaitkan setiap pelajaran dengan diri saya pribadi dan mempraktikkannya sekaligus dalam pelayanan saya di luar. Saya juga diajak bergumul dalam mengintegrasikan teologi dan psikologi, khususnya ketika menuliskan tesis di akhir studi. Ini semua di luar prediksi awal. Namun saya bersyukur Tuhan memakai STTRI untuk memproses hidup saya lebih holistik, melihat masalah dari berbagai sisi dan belajar bertanggung jawab dalam jalani hidup panggilanNya. Saya diperkaya bukan hanya di sisi kognitif, tetapi juga dalam emosi dan pengalaman. Dalam proses belajar di sana, saya pun lebih mengenal Tuhan. Bukan hanya tahu, tetapi benar-benar mengalami Tuhan dalam hidup pribadi dan pelayanan."
Virginia Gunawan (alumnus, M.Th. Konseling, 2013)
"Hidup saya mengalami perubahan yang drastis ketika Tuhan memberikan kesempatan hidup kedua kali melalui Gereja Presbyterian Anugerah (Pematang Siantar) untuk studi di STTRI (dulu STTRII). Sebagai seorang mantan pecandu narkoba yang kehidupannya telah hancur dan hidup dalam gelap serta tidak punya identitas dan tujuan hidup, tanpa bimbingan dan kehidupan berkomunitas yang kondusif di STTRI saya tidak tahu bagaimana jadinya hidup saya. Seumur hidup saya berhutang budi kepada Tuhan lewat gereja dan STTRI, baik melalui pelajaran-pelajaran teologi di kelas maupun konseling-konseling pribadi saya sungguh-sungguh mengalami kehadiran Tuhan yang perlahan-lahan memulihkan hidup saya, sehingga dari tahun 2004 sampai sekarang saya dimampukan untuk melayani di sebuah panti rehabilitasi pecandu narkoba Breakthrough Missions Indonesia di Sentul City."
Stephen Vincent (alumnus, M.Th. Konseling Pastoral, 2003)
"Saya bersyukur boleh studi di STTRI, meskipun terasa cukup lama dalam menyelesaikan program M.A. in Counseling saya. Saya bersyukur karena di sekolah ini cara berpikir saya menjadi semakin luas dan jujur, baik dalam pemahaman teologi maupun konseling. Saya disadarkan akan kerohanian semu yang bisa saja dialami oleh para rohaniwan, oleh karenanya saya belajar untuk mewaspadai hal itu di sini. Saya juga ditolong untuk berpikir integratif antara teologi dan psikologi dalam menjalani hidup ini. Hal ini saya coba realisasikan dalam khotbah-khotbah saya. Saya juga memiliki konsep yang berbeda dalam menjalankan konseling, yaitu bahwa konseling itu bukan nasehat, tetapi menolong klien sampai kepada kesadaran akan apa yang ia sedang alami dan mengapa berespons seperti demikian atas stimulan-stimulan yang ada."
Herlina Silitonga (alumnus, M.A. in Counseling, 2012)
"Belajar di kampus STTRI adalah suatu bagian indah dalam perjalanan hidup saya. Bukan sekadar belajar tentang konsep-konsep yang solid, namun di asrama saya juga mendapat pengalaman-pengalaman yang mengintegrasikan konsep yang saya pelajari di kelas-kelas dengan kehidupan pribadi dan pelayanan. Pengalaman studi di STTRI adalah anugerah bagi pendosa seperti saya."
Jey Sugianto (alumnus, M.Div., 2009)
"Selama beberapa tahun saya studi di STTRI, ilmu yang saya peroleh baik di bidang psikologi maupun teologi sangat menolong saya semakin mengenal diri. Saya juga jadi lebih memahami siapa Allah, bagaimana Ia terus berkarya dalam diri dan menlong kelemahan-kelemahan saya. Saya berharap melalui proses belajar dan pengalaman hidup, perubahan karakter dan cara pandang saya menjadi semakin baik di mata Allah, sehingga pada waktunya nanti Ia berkenan memakai saya."
Patricia Siahaan (mahasiswi, M.Th. Konseling)
"Anak saya adalah alumnus STTRI. Saya melihat perubahan dan kemajuan yang begitu pesat dalam kehidupannya sejak ia mengambil program M.Div. di sekolah ini. Menurut penilaian saya, STTRI adalah lembaga pendidikan teologi yang telah berhasil memadukan pengetahuan teologi dengan realitas praktis kehidupan yang seutuhnya dari setiap mahasiswanya."
Pdt. Pilipus Boediprayitno (Gembala Sidang GBT Purwokerto, ayah dari Pdt. Yason Budiprasetya, alumnus, M.Div., 2004)
"Sejak kecil anak saya memang sudah menunjukkan ketertarikan terhadap kegiatan-kegiatan rohani. Saya bersyukur bahwa ia dapat belajar dan dilatih di STTRI untuk menjadi seorang hamba Tuhan. Saya melihat kemajuannya yang begitu pesat, baik dalam kedewasaan maupun dalam kemampuannya mengkonsepkan pemikiran-pemikiran teologi dan filsafat. Saya berdoa supaya ia boleh menjadi terang di tengah kegelapan dunia."
Pdt. Jacob Oentoro Kurniadi (Gembala Sidang GBT Surabaya, ayah dari Simeon Theojaya, alumnus, S.Th., 2010)